Bintang yang bersinar dalam gelap malam

Ntah sejak kapan, tulisan-tulisanku tertuju hanya untukmu. Tanpa sadar jariku menari dengan riang saat menuliskan banyak hal tentangmu. Memikirkanmu seakan seperti pemilik rumah yang keluar masuk rumah dengan bebasnya, tak ada yang melarang. Ya, siapa yang akan melarang kamu bermain-main dengan anganku. Kamu seakan tamu yang selalu kunantikan di setiap malam panjangku. Ah, mungkin tak hanya malam. Aku selalu menantikanmu disetiap waktu.

Ingin aku membawamu ke puncak lepas dengan pandangan luas tanpa batas. Menikmati ribuan bintang yang terhampar dengan indahnya. Aku hanya ingin tau reaksi mereka. Jika ada sesuatu yang lebih indah dan bersinar menatap balik mereka dengan tatapan indahnya. Ah, pasti bintang-bintang itu akan takjub melihatmu yang begitu mempesona. Aku menantikan saat-saat itu.

Jangan salahkan aku dengan semua anganku. Banyak hal yang tak bisa dipikirkan dengan logika. Termasuk bagaimana bisa aku sangat mengagung-agungkan dirimu. Tak peduli aku dengan cibiran orang lain. Toh bukan mereka yang sedang teriak kegirangan dalam hati saat pesan digital masuk dalam layar ponselku. Toh bukan mereka yang bak orang gila tersenyum sendiri saat menatap fotomu di social mediamu.

Kadang aku heran, kenapa kamu begitu memikat jika mengikatmu bukan sebuah pilihan. Apakah kamu akan sama dengan bintang bintang lainnya. Yang hanya datang dikala malam dan pupus disiang hari. Jika memang iya, aku hanya berharap malamku lebih panjang dibanding siangku. Lucu, bintang memang bukan milik siapa-siapa. Mungkin sekarang pun banyak mata yang sedang menikmati betapa indahnya dirimu. Tak hanya saat malam hadir di hadapan mereka. Mungkin saat disiang hari, saat sinarmu kalah dengan sinar mentari yang terik. Kamu masih bersinar dengan indahnya dimata beberapa orang itu. Apalah dayaku, bintang memang bukan milikku seorang. Mereka bebas menikmatinya, tanpa ada batasan ataupun larangan. Aku bermimpi, suatu saat kamu seperti bintang jatuh. Meninggalkan singgasana indahmu. Meninggalkan tempatmu yang dinikmati orang banyak. Jatuh dalam dekapanku, hingga bisa kunikmati sendirian. Ya, sendirian... Aku bisa menjadi egois jika berbicara keindahanmu. Ah, tapi kamu bukan bintang biasa. Kamu memang bersinar dengan usahamu sendiri. Sama dengan bintang-bintang yang lain. Hanya saja, kamu bisa memilih dititik mana kamu lebih bersinar. Dan pada siapa kamu lebih terang memberi kehangatan. Dan apalah aku yang hanya berharap sinarmu bersinar terang di hati ini.

Hei, taukah kamu. Aku tak pernah seperti ini saat berhadapan langsung denganmu. Menatapmu lamapun aku takut, apalagi berbincang dengan bebas. Kamu terlalu indah untuk kurusak dengan tatapan egoisku, yang berharap kamu yang pertama kali kulihat nanti saat aku membuka mata setiap pagi. Suaramu bercerita pun terlalu merdu untuk kusumbangkan dengan cerita-ceritaku yang berharap kamu adalah tempatku bersandar mendengar keluh kesahku, dan berlabuh bersama dengan ucapan sayangku. Hahaha, aku hanyalah seorang pengecut. Kurcaci kecil yang berhadapan dengan sosok putri salju. Tapi taukah kamu, siapa yang selalu peduli dengan putri salju. Saat dia tertatih diusir dari kerajaannya dan akan dibunuh oleh ibu tirinya. Taukah kamu, siapa yang menjaga putri salju dalam tidur lamanya. Itu sang kurcaci, bukan sang pangeran yang ntah saat itu sedang bergembira ria di kerajaannya atau sedang bersenang-senang dengan wanita-wanitanya di dalam kamar besarnya. Tapi kurcaci akan tetap tersenyum gembira. Saat sang pangeran tiba-tiba datang dan membangunkan sang putri salju dengan ciumannya. Lalu membawa sang putri pergi, yang padahal sang pangeran baru datang tanpa mengenal sang putri salju sama sekali. Aku bukan menjelekkan sang pangeran yang dengan gagahnya membawamu. Aku hanya berharap, ada waktu dimana sang kurcaci bisa memilih ceritanya sendiri, bahagia bersama sang putri~

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tesa, antitesa, sintesa

Cerita Kita

Mencoba fokus...