Kebiasaan ?

When you were realized that you were wrong.

Sebuah kebiasaan buruk adalah terlalu nyaman dengan sikap sendiri sehingga kadang mengacuhkan atau menutup mata dengan hal lain yang sebenarnya bermakna. Dan setelah waktu lama berselang baru sadar jika yang kita lakukan adalah salah, setelah itu berujung pada kebiasaan buruk selanjutnya, gengsi meminta maaf.
Itu berakhir dengan perasaan menyesal yang cukup dalam.
Bagaimana bodohnya aku saat itu !

Itu mungkin terjadi hampir pada semua orang, tidak terkecuali aku sendiri. Bersembunyi dibalik fakta bahwa kebiasaan sulit dirubah, akhirnya membuat seseorang menjadi keras atau minimal dianggap keras oleh orang lain. Padahal alasannya sangat simpel, sebuah gengsi.
Disaat gengsi menjadi rujukan dan pilihan teratas, kita seakan menjadi yang paling benar diantara yang benar. Sampai saat kita merasa bahwa kita salah pun, kita masih mencoba membenarkannya. Membenarkan dari sudut pandang kita, membenarkan kita dari perasaan bersalah.

Aku punya satu kebiasaan menyimpan hal-hal yang aku anggap "menarik". Bahkan sampai screenshot chat dengan seseorang pun sering aku simpan dalam waktu yang lama. Pernah beberapa kali harus mengeluarkan tidak sedikit dana untuk sekedar me-restore beberapa history chat dikarenakan berganti HP. Kebanyakan chat yang aku simpan tak lebih dari sebuah pengakuan bahwa aku hebat, aku benar, aku bisa melakukannya. Pada saat itu sebuah kebanggaan besar disitu. Tapi ternyata itu semacam bumerang yang menghantam keras disisi kebanggan.
Ternyata aku sebodoh itu, ternyata aku sedingin itu, ternyata aku se-EGOIS itu.
Dan ya, itu berakhir dengan penyesalan yang kadang berlarut-larut. Apakah itu sebuah pembelajaran ?
Ya !
Tapi hanya bertahan disaat itu, atau beberapa hari kedepannya.
Setelah itu, aku kembali lagi bersembunyi dibalik selimut "kebiasaan". Sesuatu yang sangat sulit untuk dirubah.

Dalam sadar mungkin aku berpikir seperti ini.
"Aku nggak akan bisa berubah kalau seperti ini, aku akan seperti ini seterusnya."
Tapi setelah itu, kebiasaan kembali muncul dengan diperkuat dengan banyaknya alasan pembenaran diri.
Bodoh kan ?
Terlalu banyak orang yang sakit hati dari kacamataku, dan tak sedikit orang menyayangkan sikap "sok benarku".

Tidakkah aku ingin berubah ?
Ya ! Dan sangat iya !
Tapi ntah, merubah kebiasaan memang susah.
Ah, sial... Aku lagi-lagi mencari pembenaran dari kesalahanku lagi.

Semoga besok perubahan baik itu tidak dikarenakan sebuah peristiwa titik balik yang menyakitkan. Yang berujung pada sebuah penyesalan yang sangat.
Aku sudah lelah dalam penyesalan. :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tesa, antitesa, sintesa

Cerita Kita

Mencoba fokus...