Orang IT

Beberapa hari kemarin aku ikut acara yang lumayan keren. Kumpul bersama dengan perwakilan IT Hotel dari beberapa kota. Ya, sebagai IT Hotel kita punya tempat bernaung, bernama HITA ( Hotel IT Association ). Disana kita bisa saling bergurau melepas penat, sharing info terbaru di bidang IT, memecahkan masalah yang dialami, dan lain sebagainya. Cukup seru meskipun hanya melalui social media. Karena semakin banyaknya anggota, diadakanlah pertemuan dari berbagai kota untuk membicarakan target2 dari grup ini yang bisa dicapai kedepannya. Acaranya berlangsung dua hari, hari pertama acara yang serius, hari kedua acara yang santai. Karena bentrok dengan kegiatan hotel sendiri, aku cuma bisa ikut di hari yang kedua. Tapi tetap, masih bisa bertemu dengan para profesional IT dari berbagai kota tadi.

Ok, kembali lagi ke judul. Ini tentang orang IT.
Kenapa tiba-tiba ingin menulis tentang itu ? Ya, karena di acara kumpul-kumpul tadi saat saling curhat satu sama lain. Ternyata banyak persamaan yang dihadapi, ya karena memang seperti itulah kehidupan orang IT.

Sebagai orang IT, apapun itu kerjaannya. Entah itu sebagai IT support, programer, designer, dan sebagainya. Hampir semua menganggap kita ini sebagai sosok yang wah dalam hal teknologi. Yang selalu update dengan informasi terbaru, baik itu produk baru, harga-harga terbaru. Yang selalu bisa memperbaiki segala hal yang berbau teknologi, entah itu komputer, printer, hp, telpon analog, fax, bahkan televisi sampai AC. Padahal kenyataannya tidak begitu.
Di dunia IT sendiri memiliki banyak bidang, sama halnya dengan dokter. Dokter spesialis mata akan kecil kemungkinan bisa menangani operasi usus buntu. Dokter spesialis jantung akan kecil kemungkinannya bisa menangani penambalan gigi. Nah, seperti itulah kira-kira. Tapi kebanyakan menganggap kita bisa dan tau segalanya. Bagaikan dokter yang bisa menangani semua operasi.
Itu persamaan pertama kita sebagai orang IT kebanyakan. Pasti deh, orang IT pernah mengalami hal itu.
Yang kedua adalah dalam masalah bahasa, atau cara menyampaikan sesuatu ke orang lain (orang awam).
Ini juga yang paling sering, menjelaskan sesuatu dengan orang lain. Kita jelaskan dengan panjang kali lebar sesuai masalah yang ada. Kita jelaskan sebenar-benarnya dan sedetail-detailnya dengan bahasa kita. Tapi pendengar kita berakhir dengan kerutan di jidat, dengan muka bingungnya.
"Ngomong opo toh ?" :/
Itu, itu dia dan akhirnya ya kita harus menjelaskan sekali lagi, dengan pengandaian pengandaian agar lebih mudah dipahami.
Padahal itu lebih ribet loh, kita jadi melakukan sesuatu yang harusnya selesai sekali jalan tapi baru bisa selesai setelah tiga kali jalan. Gimana nggak tiga kali, kita harus berpikir masalahnya apa, mencari solusinya, dapat pemecahannya, kemudian diterjemahkan ke bahasa manusia yang baik dan benar. Hahahaha, beberapa orang menyebut kita berbicara tidak dengan bahasa manusia. Cukup sedih juga sih, lalu kita ini apa. :((

Ah, ada panggilan tugas lagi.
Ini juga persamaan lainnya. Tidak bisa jauh-jauh dari komputer atau laptop. Bukan karena kita cinta banget dengan mereka, tapi karena memang kita nggak bisa jauh-jauh dari mereka.
Dilanjut di postingan selanjutnya ya, kalau masih ingat sih.

Kerja lagi....

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aku Tidak Mengerti

Happy ending ?

Tesa, antitesa, sintesa